Notification

×

Iklan

Iklan

Keunikan Gereja Bolan Menyimpan Makna Religius

Sabtu, 02 Maret 2024 | 5:55 AM WIB | Di Baca 0 Kali Last Updated 2024-03-01T22:01:00Z
GEREJA SANTO ANDREAS PELINDUNG SANTO FRANSISKUS XAVERIUS BOLAN DEKENAT MALAKA-KEUSKUPAN ATAMBUA. (dok: Nixon Tae).
Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang memikat dan keragaman budayanya yang memikat, telah menjadi magnet bagi wisatawan dari seluruh penjuru dunia. Salah satu destinasi yang kaya akan keindahan alam dan budaya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), provinsi yang terletak di ujung timur Indonesia. Dikenal dengan pesona lautnya yang memesona dan warisan budaya yang kaya, NTT telah menjadi daya tarik utama bagi para pelancong yang mencari pengalaman yang tak terlupakan.

Nusa Tenggara Timur juga memiliki wisata religi yang tidak kalah menariknya dengan daerah-daerah lain. Salah satunya wisata religi yang ada di Paroki Bolan, Kabupaten Malaka yang menyimpan sejuta keunikan religius. 


Paroki yang satu ini merupakan paroki yang tidak mengijinkan umat atau para pastor dan suster untuk masuk ke dalam gereja membawa alas kaki, entah itu sendal mapun sepatu. Perilaku ini bisa dibilang paling berbeda dari seluruh paroki di Indonesia bahkan dunia. Hal itu berpedoman pada kitab perjanjian lama yang tertulis pada Kisah Para Rasul 7:33 "Maka Tuhan berfirman kepadanya: Tanggalkanlah kasut daripada kakimu itu, karena tempat engkau berdiri itulah tanah yang kudus". 


Kebiasan yang penuh makni ini sering dilakukan oleh saudara-saudara umat muslim ketika masuk ke masjid atau rumah ibadah. 


Pada tanggal 01 April 2021 terjadi badai Seroja dan banjir lumpur yang melanda sebagian Wilayah Malaka termasuk Wilayah Bolan, Aintasi rumah-rumah penduduk dan bangunan Gereja ikut hanyut dan hancur serta rusak. Melihat kondisi itu terdapat salah satu donatur yang tergerak hatinya untuk memperbaki Paroki Bolan yang saat itu sudah tidak layak guna. 


Dengan pembangunan gereja baru itu oleh donatur Bapak Andreas Sofiandi dan Team dari Perkumpulan Himpunan Bersatu Teguh. Tersimpan sebuah makna religius dari salib yang tergantung di bagian depan atau belakang pastor, terlihat sebuah salib besar terbuat dari kayu yang dibawa oleh banjir seroja waktu itu, kayu tersebut di ambil lalu di poles sebagus mungkin dan dipasangkan patung Tuhan Yesus. Makna dari salib Tuhan Yesus dari kayu yang di pungut dari banjir seroja itu, agar Tuhan Yesus menjauhkan musibah itu dari wilayah tersebut sehingga tidak terulang lagi. 


Pada lorong-lorong gereja dan bagian depan terpasang patung kudus para santo dan santa yang membuat suasana gereja terlihat unik dan suasana religius sangat terasa seperti berada di tanah Suci Roma.

SEJARAH SINGKAT GEREJA SANTO ANDREAS PELINDUNG SANTO FRANSISKUS XAVERIUS BOLAN DEKENAT MALAKA-KEUSKUPAN ATAMBUA.


Paroki Bolan berdiri pada tanggal 03 Desember 1966 oleh Pater Simon Schaper SVD, sebelum tahun 1966 Paroki Bolan merupakan salah satu Stasi dari Paroki Santa Maria Fatima Betun yang kala itu berpusat di Tubaki, situasi krusial mengharuskan berdirinya Paroki di Bolan Aintasi dikarenakan masuknya paham Komunis di Bolan. 


Khususnya di Wilayah Fahiluka banyak orang terseret didalamnya, bahkan Fahiluka menjadi pusat bagi penganut paham Komunis diwilayah Belu Selatan. Untuk membendung meluasnya paham dan penganut Komunis tersebut maka Pater Simon Schaper, SVD berinisiatif mendirikan Paroki Bolan dengan restu Mgr. Theodorus Van Den Tilaart, SVD dan berpelindungkan Santo Fransiskus Xaverius. 


Setelah Paroki Bolan berdiri, diperlukan sebuah tempat peribadatan dan Ekaristi, dimana dengan semangat dan kerja keras Umat setempat secara bergotong royong membangun sebuah Gereja yang dibangun seadanya dengan beratapkan daun gewang yang merupakan bangunan sederhana. Selanjutnya pada tahun 1974 Umat Paroki Bolan berhasil membangun sebuah bangunan Gereja permanen bergaya Klasik berbentuk rumah "Taka Balun".


Sejalan dengan pertumbuhan Umat serta kondisi Gedung Gereja yang telah termakan usia, maka dianggap perlu untuk dilakukan perluasan dan renovasi, dimana Romo Yosef Meak, Pr bersama Pastor pembantu Romo Yasintus Dedi Nesi, Pr merencanakan pemugaran dan perluasan Gereja yang pada tahun 2019 Paroki mendapat bantuan dana Hibah dari Pemda Kabupaten Malaka sebesar 500 Juta Rupiah, yang pembangunannya dipercayakan pada Kontraktor lokal untuk mengerjakannya, namun setelah dananya diserahkan pekerjaan pembangunan Gerėja tidak dikerjakan oleh kontraktornya, pada tanggal 01 April 2021 terjadi badai Seroja dan banjir lumpur yang melanda sebagian Wilayah Malaka termasuk Wilayah Bolan, Aintasi rumah-rumah penduduk dan bangunan Gereja ikut hanyut dan hancur serta rusak, dinding Gereja yang ditinggal oleh Kontraktor miring dan hampir roboh.


Melalui bimbingan Tuhan telah memberi jalan dalam sebuah peristiwa yang tidak terencana yang secara kebetulan pada tanggal 11 April 2021 Bapak Andreas Sofiandi dan Team dari Perkumpulan Himpunan Bersatu Teguh dalam kunjungan peduli terhadap bencana Badai Seroja dan banjir, menemukan Gereja Bolan yang bangunannya sudah tidak layak dan dindingnya yang hampir roboh menyatakan akan membangunkan sebuah Gereja baru yang peletakan batu pertama pembangunan dilakukan pada tanggal 28 Mei 2021 pembangunannya, selesai dibangun pada 30 November 2021 dan diberi nama Gereja Santo Andreas dengan pelindung Paroki Santo Fransiskus Xaverius yang Pentabisan dan diresmikan pada tanggal, 03 Desember 2021 oleh Bapak DR. Mgr. Dominikus Saku Pr. bertepatan dengan 55 tahun pesta ulang tahun pelindung Paroki Santo Fransiskus Xaverius Bolan.


Penulis telah mengunjungi Paroki Bolan dan mengikuti misa hari minggu dan misa pagi. Saat kita masuk gereja tidak diijinkan menggenakan alas kaki sendal dan sepatu agar kita menghormati rumah Tuhan yang kudus.


Penulis: Nixon Tae 

×
Berita Terbaru Update