Lalok Dato kepada para pastor dalam sebuah perlombaan di Paroki Santa Maria Fatima Nurobo. |
Timorexotic.com|| Dato adalah sebuah tradisi yang berasal dari bahasa daerah Tetun yang artinya "Suguhan Sirih Pinang." Tradisi ini telah diturunkan sejak zaman nenek moyang dalam tradisi adat Kabupaten Belu dan Malaka, dan hingga kini masih dipertahankan sebagai warisan budaya yang berharga.
Lalok Dato biasanya dibawakan saat penyambutan tamu-tamu penting atau dalam acara adat dan pesta besar lainnya. Tradisi ini dilakukan setelah tamu memasuki tempat acara dan dipersilakan untuk duduk. Lalok Dato merupakan simbol kehangatan dan keramahan masyarakat setempat dalam menyambut kedatangan tamu.
Ketika tradisi Lalok Dato dilakukan, akan terlihat dua atau lebih orang maju ke depan, yang sering kali diiringi oleh musik tradisional atau bahkan bisa dilakukan tanpa iringan musik. Para penari ini membawa tempat sirih dan pinang yang dalam bahasa daerah setempat, yaitu dialek Tetun, disebut "Koba". Di dalam Koba terdapat sirih yang dalam dialek setempat disebut 'furuk' dan pinang yang disebut 'bua'. Para penari yang akan menyuguhkan sirih dan pinang ini disebut penari Lalalok Dato.
Lalok Dato dalam sebuah acara di Malaka. Foto tangkapan layar di chanel youtube Agel Cellena. |
Hal ini dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai ucapan selamat datang bagi tamu, serta sebagai tanda penerimaan yang baik dalam suatu acara atau ritual penting. Lalok Dato menjadi simbol kerendahan hati dan sikap hormat terhadap tamu yang dianggap sebagai bagian penting dari budaya adat setempat.
Perlu diperhatikan bahwa penyuguhan Lalok Dato dilakukan dengan perbedaan tertentu tergantung pada kedudukan dan status tamu yang disambut. Misalnya, penyuguhan untuk tamu penting seperti Tokoh Agama, Presiden hingga Kepala Desa dilakukan dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan penyuguhan kepada seorang Raja atau tokoh yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam hierarki adat.
Tradisi Lalok Dato bukan hanya sekadar tindakan protokoler semata, tetapi juga merupakan sebuah wujud penghormatan dan ungkapan rasa syukur masyarakat setempat terhadap tamu yang datang. Melalui Lalok Dato, budaya adat Kabupaten Belu dan Malaka tetap hidup dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat setempat.
Upaya pelestarian tradisi ini sangat penting agar generasi mendatang dapat mengenali dan meneruskan warisan budaya yang kaya ini. Dalam era modernisasi yang terus berkembang, tradisi-tradisi seperti Lalok Dato adalah jendela bagi kita untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya Indonesia.
Kabupaten Belu dan Malaka memiliki kekayaan budaya yang melimpah, dan Lalok Dato adalah salah satu contoh yang memperkaya khazanah budaya Nusantara.
Penulis: Nixon Tae