Notification

×

Iklan

Iklan

Budaya Lokal Suku Damu Dazar Riung Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan

Jumat, 16 Desember 2022 | 9:43 PM WIB | Di Baca 0 Kali Last Updated 2023-01-12T17:56:05Z
Tua Adat melakukan ritual Ngampong Manuk memohon kepada leluhur (Mbo Nusi) untuk melimpahi masyarakat dengan panen melimpah//Dok:Istimewa. 

Ngada,Timorexotik.com|| Suku Damu Dazar merupakan salah satu suku yang mendiami Desa Benteng Tawa, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada. Masyarakat yang mayoritas penduduknya adalah petani ini masih memegang teguh tradisi khususnya dalam bidang pertanian. Masyarakat percaya jika seluruh ritual dari masa tanam hingga panen dijalankan dengan baik, maka Tuhan (Mori) dan para leluhur (Mbo Nusi) akan selalu memberikan hasil panen yang berlimpah.

Keberlangsungan seluruh ritual adat ini tidak terlepas dari peran masyarakat adat di Damu Dazar. Oleh karena itu, Yayasan Nancy Agatha Florida (NAF) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia, Dana Indonesiana dan LPDP melakukan kegiatan Dokumentasi Karya Maestro para tokoh adat tersebut. Output yang dihasilkan dari penelitian ini berupa buku yang dilengkapi dengan foto dan video. Buku-buku ini nantinya akan dibagikan secara gratis ke sekolah-sekolah, taman baca dan perpustakaan di NTT.

Team peneliti Yayasan NAF mengadakan wawancara mendalam kepada para tokoh adat.

Penulisan buku ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pelestarian budaya, khususnya peran tokoh adat (Ga’en Wongko’) dalam sistem pertanian dan perannya dalam menjaga eksistensi budaya serta memudahkan masyarakat luas untuk mengakses informasi terkait budaya masyarakat Riung, khususnya suku Damu Dazar.

“Ada empat peran dalam masyarakat adat suku Damu Dazar, yakni Dor yang bertugas sebagai pemimpin seluruh ritual adat, Tangaronan yang dapat membaca tanda-tanda alam bertugas untuk menentukan waktu tanam dan waktu untuk mengadakan syukur atas panen. Sedangkan dua peran lainnya yakni Gelarang dan Punggawa adalah sebagai pemerintah yang menjalankan fungsi keamanan dan ketentraman warga. Di tengah modernitas, para tokoh di Suku Damu Dazar ini masih terus menjalankan fungsinya dalam masyarakat adat. Oleh karena itu, kami bermaksud untuk melakukan pendokumentasian peran para empat tokoh ini dalam mewujudkan ketahanan pangan,” terang Ketua Yayasan NAF, Nancy Florida.

Para perempuan saling membantu dan bekerja sama untuk menanam padi di sawah .

Tim peneliti dari Yayasan NAF melakukan penelitian selama kurang lebih sebulan untuk mengumpulkan semua data, foto dan video. Pengumpulan data menggunakan teknik FGD dan wawancara mendalam. “Ada beberapa hal menarik yang kami temukan selama di lapangan. Salah satunya ialah kepercayaan masyarakat bahwa dengan menjaga hidup selaras dengan ketentuan dan penghormatan kepada leluhur, sebelum melakukan aktivitas pertanian, maka leluhur akan terus menjaga lumbung pangan mereka tetap penuh, meski hasil panen sedikit. Masyarakat percaya jika ada yang melanggar hukum adat, pasti ada bencana. Oleh karena itu, Dor, sebagai pemimpin suku, harus mengadakan ritual khusus untuk “mendamaikan” manusia dengan leluhur,” sambung Nancy.

“Peran keempat tokoh tersebut sangatlah terasa saat kami mengadakan kegiatan. Saat awal pertama kami datang, tua adat Dor, yakni Bapak Lambertus Minggu didampingi oleh Tangaronan, Gelarang dan Punggawa mengadakan ritual penyambutan “Ngampong Manuk” di rumah adat. Begitupun saat hendak memulai kegiatan tanam padi di sawah dan ladang, Dor melakukan ritual yang sama. Tujuan dari Ngampong Manuk ini ialah agar para leluhur mengetahui maksud dan tujuan dari suatu kegiatan dan meminta berkat serta perlindungan agar apapun yang dilakukan oleh masyarakat dapat berhasil.” Tambahnya. Selain Ngampong Manuk, masyarakat adat Damu Dazar juga mengadakan ritual adat yang meriah saat musim panen di sekitar Bulan September – Oktober. Acara yang dilakukan ialah acara kelak galak, caci, berburu adat dan bakar bambu.

Sumber : Yayasan Nancy Agatha Florida. 

×
Berita Terbaru Update